Kamis, 28 Juli 2022

Karma

 Karma

Kita sering sekali mendengarkan mengenai kata karma, bahkan sampai-sampai karma memiliki arti yang sama dengan pembalasan dendam, atau kutukan terhadap perbuatan yang dianggap tidak baik atau jahat.

Jika kita belajar mengenai penjelasan karma, mungkin memang "ya" sebagai pembalasan dendam, tetapi banyak yang tidak mempelajari bahwa "pembalasan dendam" tadi juga merupakan "pengembalian pahala" karena karma tidak bekerja pada hal yang negatif saja, tetapi juga bekerja pada hal yang baik dan positif.

Karma tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan segala bentuk pengalaman kita dalam berbagai bentuk seperti pikiran, segala macam ucapan dan tindakan, atau kombinasi ketiganya. Karena kita terlahir sebagai manusia, manusia merupakan keberadaan dunia karma atau karmaloka, maka kelahiran seorang manusia mengikuti hukum karma atau karma niyama.

Penjelasan karma sebenarnya ada beragam pendekatan dan pengertian karena penjelasan karma juga perlu dibarengi penjelasan mengenai shunya dan penjelasan mengenai keberadaan/atma. Uniknya lagi karma tidak dapat berdiri sendiri, artinya karma juga membutuhkan faktor-faktor untuk dapat terbentuk. Karena karma juga merupakan dari perwujudan/keberadaan, maka karma memerlukan yang namanya objek. Setelah diperlukan objek, karma juga memerlukan yang namanya keinginan atau daya dorong untuk dilakukan/melakukan sehingga "sesuatu" itu terjadi. Contohnya, sewaktu kita ketemu seseorang, kita melihat teman tadi (sebagai objek) lalu berpikir untuk memberinya ucapan (keinginan/daya dorong), dan kita mengucapkan sapaan tadi (terjadinya karma) dan sapaan tersebut disambut oleh teman (menjadi lengkap). Ini merupakan salah satu penjelasan mengenai faktor-faktor pembentuk karma. 

Tetapi masih ada penjelasan lainnnya yang menjelaskan tentang bagaimana terjadinya karma. Karma juga memiliki salah satu sifat uniknya yaitu, tidak selalu memiliki dampak/akibat instan yang langsung kembali kepada yang memulai, artinya penjelasan karma diibaratkan seperti menanam benih. Karma yang ditanam memerlukan tanah, pupuk, air, sinar matahari, angin, bakteri dan faktor-faktor lain sehingga bisa menjadi tunas, pohon, dan akhirnya terakhir berbuah. Demikian karma juga bekerja, diperlukan banyak sekali usaha, maka karma dapat menjadi "berbuah" atau memiliki dampak.

Dan lagi, tidak semua benih dapat tumbuh dengan baik, artinya sama hal dengan karma yang tidak langsung memiliki hasil yang sama. Ada banyak benih yang ditanam tetapi tidak semua akan berhasil tumbuh dan memiliki buah, bahkan sampai memiliki buah pun, tetap bisa menghasilkan buah yang busuk atau tidak bagus atau dimakan ulat. Artinya, karma yang ditanam juga belum tentu berhasil akan menghasilkan dampak yang diinginkan. Tetapi di balik itu semua akan sangat menarik, jika kita perhatikan bahwa hanya dengan satu benih, akan memiliki potensi menghasilkan lebih banyak buah yang baik di masa akan datang. Demikianlah karma bekerja bisa menghasilkan lebih buah. Hal ini juga terkait dengan perbuatan, ucapan dan pikiran yang dilakukan akan menghasilkan banyak buah, berlaku untuk di kedua kondisi, yang baik dan tidak baik. Tetapi lagi-lagi, karma juga merupakan satu yang shunya.


 

An Lu Ba Bao (安炉八宝)
Kedelapan Pusaka di Tempat Pasang Hio terdiri dari:
1. Batu mutiara 珍珠
2. Batu Giok 玉石
3. Batu Akik 玛瑙
4. Pakkua Emas dan Perak 金银八卦
5. Tali lima warna 多线
6. Koin tembaga hongsui 风水铜钱
7. Lembaran emas 金箔
8. Bubuk Cinnabar 朱砂
(tambahan dimasukkan beras paling sedikit 8 butir, lebih diperbolehkan).

Untuk menjaga hiolo tetap aman, maka beberapa barang diubahsuai agar dapat dipergunakan. Beberapa barang juga dibuat imitasi untuk menghindari tindakan negatif.
1. Batu mutiara diganti menjadi lima jenis bijirin/kacang-kacangan (kacang hijau, kacang kuning, kacang merah yang kecil, padi dan jagung kering)
2. Batu giok diganti menjadi kertas hu
3. Batu akik diganti menjadi bubuk hio
4. Pakkua emas dan perak menjadi koin 500 tembaga dan 500 yang perak
5. Tali lima warna tidak berubah, jika tidak ada, maka bisa digantikan tali merah
6. Koin tembaga hongsui yang tidak ada, digantikan dengan koin-koin uang yang tersedia
7. Lembaran emas diganti menjadi bubuk emas
8. Bubuk cinnabar diganti menjadi bubuk gincu atau gincu
(tambahan adalah beras tambahkan lagi nama usaha masing-masing diletakkan di dalam kertas angpau)

Kedelapan ini mewakili organ-organ tubuh manusia, yang memungkinkan Dewa yang hadir dapat menggunakan sebagai perwujudan dalam memberikan bantuan.

Kesemua barang ini bisa dimasukkan di paling dasar hiolo, kemudian ditutup dengan menggunakan abu hiolo yang tersedia. Untuk yang sudah melakukannya sebelumnya, maka abu yang lama dapat disaring dan dipergunakan kembali. Apabila untuk melakukan yang baru, bisa mengambil sedikit abu dari hiolo sebelum yang dipakai di kelenteng atau di tempat sembahyangan lainnya untuk mengundang dewa untuk hadir di tempat di sembahyangkan. Apabila tidak tersedia abu yang halus, maka bisa menggunakan abu gosok untuk cuci piring, pasir pantai yang halus ataupun beras.

Apabila pekpau (kedelapan jenis pusaka) ini digunakan dan dimasukkan ke dalam kimsin (patung/rupang Buddha/Dewa) maka dapat digunakan dengan melihat hari dan meminta bantuan para khi tong untuk dimasukkan dan disegel.